Menjaga Tradisi dan Kebinekaan: Terawih Keliling Desa Mangunjaya
Di tengah gemerlap bulan Ramadhan, suatu tradisi yang khas dan bernuansa keagamaan, Terawih Keliling Desa Mangunjaya menjadi perayaan yang dinantikan oleh warga setempat. Diadakan di tujuh dusun yang tersebar di Mangunjaya, acara ini menjadi momentum bagi seluruh warga untuk berkumpul, bersilaturahmi, dan mempererat tali persaudaraan.
Terawih Keliling Desa Mangunjaya bukanlah sekadar ritual keagamaan semata. Lebih dari itu, kegiatan ini juga menjadi wadah bagi seluruh elemen masyarakat desa untuk berinteraksi secara langsung. Kehadiran kepala desa, perangkat desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD), anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan tokoh masyarakat lainnya menandai semangat kebersamaan yang erat.
Setiap malam, Terawih Keliling mengunjungi tiap Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di tujuh dusun yang ada di Mangunjaya. Warga berkumpul di masjid masing-masing dusun untuk melaksanakan salat terawih secara berjamaah. Namun, keunikan terletak pada kehadiran tokoh-tokoh masyarakat yang turut serta dalam pelaksanaan dan menyemarakkan suasana.
Kepala Desa dan Perangkat Desa Mangunjaya tidak hanya menjadi peserta, namun juga berperan aktif dalam mendukung jalannya acara. Keberadaan mereka memberikan pesan bahwa kegiatan keagamaan juga menjadi bagian integral dari tanggung jawab bersama dalam membangun dan memelihara keharmonisan di desa.
Tidak ketinggalan, anggota BPD yang mewakili aspirasi masyarakat turut berperan dalam memastikan kegiatan ini berjalan lancar. Dengan adanya keterlibatan mereka, Terawih Keliling tidak hanya sekadar ritual keagamaan, namun juga menjadi wahana bagi warga untuk menyampaikan berbagai ide, masukan, dan aspirasi yang berkaitan dengan kehidupan desa.
Anggota LPM juga hadir sebagai ujung tombak dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Melalui kegiatan ini, mereka tidak hanya menyediakan fasilitas dan dukungan logistik, tetapi juga menjadi penyalur informasi dan pendukung bagi kegiatan keagamaan dan kebersamaan di tingkat desa.
Keterlibatan anggota MUI memberikan dimensi keagamaan yang lebih mendalam. Selain sebagai penceramah dan pengisi ceramah keagamaan, kehadiran mereka juga menjadi jembatan antara nilai-nilai keislaman dan kehidupan sehari-hari masyarakat, menjadikan Terawih Keliling tidak hanya sebagai ritual ibadah, tetapi juga sebagai sarana pendidikan agama yang berkesinambungan.
Namun, tidak hanya dari pihak formal, kehadiran tokoh masyarakat lainnya juga sangat berarti. Mereka membawa semangat kebersamaan yang hangat dan memperkaya keragaman budaya di desa Mangunjaya. Dari berbagai latar belakang dan profesi, mereka bersatu dalam semangat kebersamaan yang mewarnai Terawih Keliling.
Terawih Keliling Desa Mangunjaya bukan hanya sekadar ritual keagamaan yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Lebih dari itu, acara ini menjadi bukti nyata bagaimana kegiatan keagamaan mampu menjadi pemersatu dan mempererat tali persaudaraan di tengah keberagaman masyarakat. Melalui kehadiran semua pihak, Terawih Keliling menjadi momentum yang tak ternilai untuk membangun dan menjaga harmoni serta kebersamaan di Desa Mangunjaya.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin